Hampir 400 Orang Tewas Dalam Pertempuran di Myanmar, Mayoritas Warga Muslim Rohingya


Lia Cikita 2017-09-01 19:18:17 Internasional 32 kali

Ribuan muslim Rohingya yang terusir dari tanah mereka di Myanmar dan mengungsi ke Banglades kini tak lagi punya tempat bernaung. (Foto : istimewa)

Bazar, Kabar28.com, - Hampir 400 orang tewas dalam pertempuran militer Myanmar terhadap militan Rohingya yang telah terjadi selama seminggu.

Operasi militer ini sebagai balasan atas serangan militan Rohingya di lebih dari 30 lokasi, termasuk polisi, dan pos-pos perbatasan di barat Myanmar, bagian Rakhine Jumat lalu. Operasi militer itu menewaskan 370 warga Rohingya, per Rabu (30/8/2017).

Artinya kini total 399 orang tewas, termasuk tentara, polisi, dan penduduk sipil yang terperangkap dalam pertempuran.

Jumlah korban tewas ini adalah yang tertinggi dalam sejarah bentrokan antara aparat keamanan pemerintah Myanmar dan Rohingya.

Bukan itu saja. Kekerasan melalui operasi militer tersebut membuat sekitar 38.000 warga Rohingya telah menyeberang melarikan diri ke Bangladesh dari Myanmar.

Demikian sumber-sumber PBB menyampaikan seperti dilansir TIME, Jumat (1/9/2017).

"Saat 31 Agustus, 38.000 orang diperkirakan telah melintasi perbatasan ke Bangladesh," kata sumber-sumber PBB, pada hari ini.

Warga yang melarikan diri menyatakan dalam operasinya, melakukan pembakaran rumah serta kampung dan pembunuhan terhadap warga tidak bersalah etnis Rohingya.

Sementara itu Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, menyerukan agar kekerasan atas warga Rohingya segera diakhiri.

Paus menerima berita buruk tentang penganiayaan agama minoritas.

"Saya ingin mengungkapkan kedekatan penuh dengan mereka. Mari kita minta Tuhan menyelamatkan mereka dan memberi pria dan wanita kebaikan untuk membantu mereka, agar mereka mendapat hak-hak penuh."

Perlakuan terhadap sekitar 1,1 juta Muslim Rohingya di sebagian besar negara Buddha, Myanmar,  telah muncul sebagai tantangan terbesar bagi pemimpin nasional, Aung San Suu Kyi.

Pada Jumat lalu, dia mengecam penyerangan oleh gerilyawan Muslim yang membawa senjata, tongkat, dan bom rakitan ketika mereka menyerang 30 kantor polisi dan sebuah pangkalan militer.

Peraih hadiah Nobel Perdamaian telah dituduh oleh beberapa kritikus Barat karena tidak berbicara mengenai minoritas Muslim yang telah lama dianiaya, dan tetap mempertahankan serangan balasan tentara setelah serangan Oktober 2016.

Win Myat Aye, menteri kesejahteraan sosial, mengatakan pada Sabtu malam, 4.000 "penduduk desa" telah dievakuasi dari desa mereka - merujuk pada penduduk non-Muslim di wilayah tersebut.

Kementerian tersebut menyediakan fasilitas untuk non-Muslim di tempat-tempat seperti vihara-vihara, kantor pemerintah, dan kantor polisi setempat di kota-kota besar.

Belum terdengar informasi yang melaporkan evakuasi khusus penduduk Rohingya, kecuali berita tentang pelarian mereka ke Banglades.

Sumber : tribunnews.com

 

Bagikan Berita/Artikel ini :

Berita Terkait


Berita Terbaru


close